*Mainkan lagu Getaran Jiwa - Bittersweet. Pernah suatu ketika dahulu kau nyanyikan lagu rindu suara idaman kalbu. Kini, hanya suara itu menemani *
Sekarang aku lemah air mata bercucuran
Hujan di luar jendela seumpama memahami bahasa jiwaku.
Suatu ketika dahulu,
Pernah aku curiga dengan bahasa kalbu,
Pernah aku terfikir apa kesudahan cerita kita.
Ditemani sebatang pensel sehelai kertas putih,
Tanganku lemah mengukir huruf-huruf,
Yang kemudiannya bertukar menjadi patah-patah kata,
Yang berakhir menjadi ayat-ayat luahan hati,
Menanti dan terus menanti apakah akhirnya.
Kata-kata nista dan pandangan jelek,
Ini yang kau hadiahkan dari bibirmu sendiri,
Semua itu tidak emmutuskan semangatku,
Kau sendiri bilang, jangan pernah putus asa,
Akan ku tunggu,
Walaupun bertahun lamanya.
P/s:
Sekarang aku lemah air mata bercucuran
Hujan di luar jendela seumpama memahami bahasa jiwaku.
Suatu ketika dahulu,
Pernah aku curiga dengan bahasa kalbu,
Pernah aku terfikir apa kesudahan cerita kita.
Ditemani sebatang pensel sehelai kertas putih,
Tanganku lemah mengukir huruf-huruf,
Yang kemudiannya bertukar menjadi patah-patah kata,
Yang berakhir menjadi ayat-ayat luahan hati,
Menanti dan terus menanti apakah akhirnya.
Kata-kata nista dan pandangan jelek,
Ini yang kau hadiahkan dari bibirmu sendiri,
Semua itu tidak emmutuskan semangatku,
Kau sendiri bilang, jangan pernah putus asa,
Akan ku tunggu,
Walaupun bertahun lamanya.
P/s:
- Tidak pernah sekalipun aku berhenti berharap.
- Tidak pernah sekalipun aku menyesal.
- Kau...tetap akan ku tunggu.
Sesungguhnya butir bicara ini sudah lama dimuntahkan namun diri ini tidak punya kesempatan. Sila sediakan baldi sendiri sekiranya ingin muntah ye? *ignore typos and grammar errors. I'm not good at BM literature. Shame on me and yes, sucks to be me*
No comments:
Post a Comment